Teori Pendekatan Psikologi Sastra dan Perwatakan Tokoh
(Mega Purnama)
A.
Pendekatan Psikologi Sastra
Psikologi berasal dari perkataan
Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu
yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macammacam gejalanya, prosesnya, maupun
latar belakangnya (Abu Ahmadi, 1979:1). Bimo Walgito mengatakan bahwa psikologi
adalah ilmu yang membicarakan tentang jiwa. Ia merupakan suatu ilmu yang
menyelidiki serta mempelajari tingkah laku serta aktifitas itu sebagai
manifestasi hidup kejiwaan (1997:9). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan
bahwa pengertian psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan dengan
proses-proses mental baik normal maupun abnormal yang pengaruhnya pada perilaku
atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa (1995:792).
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan, bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, baik
mengenai gejala-gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya yang tercermin
dalam tingkah laku serta aktivitas manusia atau individu sendiri.
Pendekatan psikologi sastra
merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan
menyangkut batiniah manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi
dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya
dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra
pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Andre Hardjana,
1985:66).
Psikologi sastra sebagai cabang ilmu
sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatiannya dapat diarahkan
kepada pengarang, dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks
itu sendiri (Dick Hartoko dan B. Rahmanto, 1986:126). Istilah psikologi sastra
mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu
(1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pembeda, (2)
Studi proses kreatif,
(3) Studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan
pada karya sastra, dan
(4) Studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca atau
psikologi pembaca (Wellek,
Rene dan Austin Warren, 1989:90).
B.
Perwatakan Tokoh
Kehadiran
tokoh dalam novel sangatlah penting. Hal ini dikarenakan, novel merupakan karya
fiksi yang mempunyai sifat bercerita. Begitu pula dengan perwatakan, dalam
suatu cerita mutlak diperlukan perwatakan guna memberikan gambaran tentang
pribadi tokoh. Setiap tokoh yang ditampilkan oleh penulis, mengemban atau
memiliki suatu watak tertentu atau gabungan dari beberapa watak yang dimiliki
oleh manusia.
Menurut
Burhan Nurgiantoro, perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu
dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Lebih rinci Atar Semi
menjelaskan bahwa perwatakan dalam suatu fiksi mengacu kepada perbauran dari
keinginan, minat, emosi, dan moral yang membentuk individu yang tampil dalam cerita.
Oleh karena itu, perwatakan tokoh dapat dilihat dari gambaran mengenai
tindak-tanduk, ucapan, pikiran, dan sejalan tidaknya apa yang dikatakan dengan
apa yang diperbuatnya.
Untuk
melukiskan perwatakan tokoh dalam novel, ada beberapa cara yang dilakukan
penulis. Menurut Jakob Sumarjo dan Saini K.M, ada beberapa cara yang dilakukan
penulis dalam menggambarkan perwatakan tokoh, yaitu:
1.
Melalui apa yang diperbuatnya, tindakannya, terutama sekali bagaimana si tokoh
bersikap
dalam keadaan kritis
2.
Melalui ucapan-ucapannya
3.
Melalui penggambaran fisik tokoh
4.
Melalui pemikiran-pemikirannya
5.
Melalui penerangan langsung.
Tak
jauh berbeda dengan apa yang telah diungkapkan oleh Jakob Sumarjo dan Saini
K.M, Atar Semi mengelompokkan penggambaran perwatakan menjadi dua, yaitu:
1. Secara analitik,
yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh,
pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang
, dan sebagainya.
2. Secara dramatik,
yaitu penggambaran perwatakan yang tidak langsung, tetapi hal ini disampaikan
melalui, a) pilihan nama, b) penggambaran fisik tokoh( cara berpakaian, postur
tubuh, tingkah laku terhadap tokoh lain, c) dialog
Comments
Post a Comment