Artikel
FEMINISME
SEBAGAI PENDEKATAN KAJIAN PROSA FIKSI
Oleh: Mega Purnama
Oleh: Mega Purnama
Dalam pengertian
yang paling luas, feminisme adalah gerakan kaum wanita untuk menolak
segala sesuatu yang dimarjinalisasikan, disubordinasikan, dan
direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan
ekonomi maupun kehidupan sosial lainnya. Senada dengan definisi
tersebut, The
New Encyclopedia of Britannica
memaknai feminisme sebagai ‘the
belief, largely originating in the West, in the social, economic, and
political equality of the sexes, represented worldwide by various
institutions committed to activity on behalf of women’s rights and
interests. Jadi,
‘Feminism’
adalah
keyakinan yang berasal dari Barat, berkaitan dengan kesetaraan
sosial, ekonomi dan politik antara laki-laki dan perempuan, yang
tersebar ke seluruh dunia lewat berbagai lembaga yang bergerak atas
nama hak-hak dan kepentingan perempuan. Di sini juga dijelaskan bahwa
Dari sana akan bisa diketahui bahwa term ‘feminism’
berkaitan
erat dengan women’s
movement dan
gender
identity.
Dalam pengertian
yang lebih sempit, yaitu dalam sastra, feminisme dikaitkan dengan
cara-cara memahami karya sastra baik dalam kaitannya dengan proses
produksi maupun resepsi. Emansipasi wanita dengan demikian merupakan
salah satu aspek dalam kaitannya dengan persamaan hak. Dalam ilmu
sosial kontemporer lebih dikenal sebagai gerakan kesetaraan jender.
Dalam buku Glosarium
Seks dan Gender, yang
dimaksud kesetaraan jender (gender
equality)
ialah (1) kesetaraan kesempatan dan hasil untuk perempuan dan
laki-laki, termasuk penghapusan diskriminasi dan ketidaksetaraan
struktural dalam mengakses sumber daya, kesempatan, dan jasa-jasa,
(2) Kesamaan perolehan kesempatan dan hasil untuk perempuan dan
laki-laki, termasuk penghapusan diskriminasi dan ketidaksetaraan
struktural dalam mengakses sumber daya, kesempatan, dan jasa-jasa,
seperti akses yang sama untuk kesehatan, pendidikan, sumber daya
produktif, partisipasi sosial, dan ekonomi.
Dalam dunia sastra,
feminisme dapat digunakan sebagai pendekatan dalam kritik sastra.
Seperti yang diungkapkan oleh Kolodny dalam Djajanegara (2000:19)
menyatakan bahwa kritik sastra feminis membeberkan perempuan menurut
stereotip seksul, baik dalam kesusastraan maupun dalam kritik sastra,
dan juga menunjukkan bahwa aliran-aliran serta cara-cara yang tidak
memadai telah(digunakan untuk) mengkaji tulisan perempuan secara
tidak adil, tidak peka. Sugihastuti (2002: 140) mengungkapkan bahwa
kritik sastra feminis adalah sebuah kritik sastra yang memandang
sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak
berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan manusia. Dengan
mengacu pada pendapat Sugihastuti di atas,
Kolodny dalam
Djajanegara (2000: 20-30) menjelaskan beberapa tujuan dari kritik
sastra feminis yaitu :a. dengan kritik sastra feminis kita mampu
menafsirkan kembali serta menilaikembali seluruh karya sastra yang
dihasilkan di abad silam; b. membantu kita memahami,
menafsirkan, serta menilai cerita-cerita rekaan penulis
perempuan.
Berkaitan dengan
cara penilaian, Djajanegara (2000: 28-36) membagi ragam kritik sastra
feminis menjadi enam bagian, yaitu:a) kritik sastra feminis
ideologis: kritik sastra yang memusatkan perhatian pada citra
serta stereotip perempuan dalam karya sastra, meneliti kesalahpahaman
tentang perempuan dan sebab-sebab perempuan seringtidak
diperhitungkan, bahkan nyaris diabaikan dalam kritik sastra; b)
kritik sastra feminis ginokritik: kritik sastra yang mencoba mencari
jawabanatas pertanyaan-pertanyaan mendasar, seperti apakah para
perempuan penulis merupakan kelompok khusus, dan ada perbedaan
antar tulisan perempuan dan tulisan laki-laki, c) kritik sastra
feminis sosial atau kritik sastra marxis: kritik sastra feminis yang
meneliti tokoh-tokoh pertempuan dari sudut pandang sosialis, yaitu
kelas-kelas masyarakat, d) kritik sastra feminis psikoanalisis:
kritik sastra yang cenderung diterapkan pada tulisan-tulisan
perempuan yang menampilkan tokoh-tokoh perempuan, karena para
feminis percaya bahwa pembaca perempuan biasanya
mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh perempuan yangdibacanya,
e) kritik sastra feminis lesbian: kritik sastra feminis yang hanya
meneliti penulis dan tokoh perempuan saja. Namun karena beberapa
faktor, kritik ini masih sangat terbatas kajiannya, f) kritik sastra
feminis ras atau kritik sastra feminis etnik yaitu kritik sastra
feminis yang ingin membuktikan kebenaran sekelompok penulis feminis
etnik beserta karya-karyanya.
Endraswara (2003:
146) mengungkapkan bahwa dalam menganalisis karya sastra dalam kajian
feminisme yang difokuskan adalah a) kedudukan dan peran tokoh
perempuan dalam sastra, b) ketertinggalan kaum perempuan dalam
segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan dan aktivitas
kemasyarakatan, c) memperhatikan faktor pembaca sastra, bagaimana
tanggapan pembaca terhadap emansipasi wanita dalam sastra.
Dalam penelitian
perlu diangkat masalah-masalah sebagai fokus penelitian melihat
peranan dan karakter tokoh (perwatakan tokoh) wanita. Kita dapat
mengkaji bagaimana peranan dan karakter tokoh-tokoh wanita dalam
novel Indonesia dari period eke periode. Kalau kita lihat dalam
bidang yang lebih luas ada beberapa masalah yang bisa dikaji dengan
pendekatan feministik. Yang dikaji dalam hubungannya dengan tokoh
wanita adalah, a) peranan tokoh wanita dalam karya sastra itu baik
sebagai tokoh protagonis maupun tokoh antagonis, atau tokoh bawahan,
b) hubungan tokoh wanita dengan tokoh-tokoh lain yaitu tokoh
laki-laki dan tokoh wanita lain, c) perwatakan tokoh wanita,
cita-citanya, tingkah lakunya, perkataannya (tutur bahasanya), dan
pandangan tentang dunia dan kehidupan, d) sikap penulis (pengarang)
wanita dan pengarang laki-laki terhadap tokoh wanita.
Karya
sastra dapat disebut sebagai berperspektif feminis jika ia
mempertanyakan relasi jender yang timpang dan mempromosikan
terciptanya tatanan sosial yang lebih seimbang antara perempuan dan
laki-laki. Tetapi tidak semua teks tentang perempuan adalah teks
feminis. Demikian juga analisis tentang penulis perempuan tidak
selalu bersifat feminis jika ia tidak mempertanyakan proses penulisan
yang berkenaan dengan dengan relasi gender dan perombakan tatanan
sosial. Feminisme bukanlah monopoli perempuan, seperti patriarki
bukanlah monopoli laki-laki. Meneliti penulis laki-laki dan mencoba
menganalisis relasi gender dan mempertanyakan tatanan sosial yang
direfleksikan atau tidak direfleksikan atau dimis-refleksikan di
dalamnya adalah analisis yang bersifat feminis sepanjang analasis itu
diarahkan kepada tatanan relasi kekuatan antara laki-laki dan
perempuan yang lebih seimbang.
Pada
prakteknya dapat ditemui perempuan yang patriarkal dan laki-laki yang
feminis. Penulis laki-laki dapat saja menulis teks yang berperspektif
feminis dan menciptakan subyek perempuan yang tidak bisu, yang
tampak, dan merupakan subyek yang setara. Menulis sebuah teks yang
berperspektif feminis bukanlah berbicara mengenai moral (yang sengaja
dibangun dengan wacana sosial yang berperspektif patriarki) namun
lebih pada berpijak pada penyuaraan terhadap perempuan, pemberian
ruang terhadap perempuan untuk menyuarakan keinginannya,
kebutuhannya, haknya, sehingga ia mampu menjadi subyek dalam
kehidupannya.
Jadi, pada
hakekatnya kritik feminis dapat dipakai untuk mengkaji karya sastra
(prosa dan puisi) hasil penulis laki-laki dan wanita. Pengkritik
feminis (pembaca feminis) dapat melihat bagaimana penampilan tokoh
wanita dalam karya sastra pengarang laki-laki dan dalam karya sastra
pengarang wanita.
DAFTAR
PUSTAKA
Kinayati
dan Noldy. 2008. Teori
Apresiasi dan Pembelajaran Prosa.
Yogyakarta. Pustaka Book Publisher.
http://mediasastra.com/glossary/pendekatan_sastra/feminisme,
diunduh tanggal 30 Nopember 2011
Kartika Pemilia.
Kritik
Terhadap Konstruksi Feminisme dalam Novel.
http://inpasonline.com/
,
diunduh tanggal 30 Nopember 2011
Erisy
Syawiril Ammah.
Kajian-Feminisme.
http://www.scribd.com/doc/56635144/,
diunduh tanggal 3 Desember 2011
Comments
Post a Comment